Friday, April 28, 2006

Labyrinth Hati




Airmata Rasulullah

Detik-detik Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
menghadapi sakaratul maut;
ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar
cinta yang dicontohkan Allah
melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning,
burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara
terbatas memberikan kutbah.
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah
dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua
perkara pada kalian, Al Qur'an
dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti
mencintai aku dan kelak
orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga
bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan
penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar
dadanya naik turun menahan
nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan
Ali menundukkan kepalanya
dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati
semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan
tugasnya didunia. Tanda-tanda
itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang
berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Disaat itu, kalau mampu
seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah
masih tertutup. Sedang
didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan
keningnya yang berkeringat
dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas
tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk.
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang
membalikkan badan dan
menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini
aku melihatnya," tutur
Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu
dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak
dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malakulmaut,"kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah
Jibril yang sebelumnya sudah
bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan
suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah
menanti ruhmu. Semua
syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata
Jibril. Tapi itu ternyata
tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya
Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman
kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali
umat Muhammad telah
berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
tugas.Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul
maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali
yang di sampingnya menunduk
semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?" Tanya Rasulullah
pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana
sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah
tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,
Ali segera mendekatkan
telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku -
peliharalah shalat dan
peliharalah orang-orang lemah di antaramu"
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan.
Sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya
ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku,
umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim
'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

kiriman: Tia Susanti , Jakarta 2 Mei 2006
"Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW - 10 April 2005 (12 Rabiul Awal 1427H)"


Setiap Muslim Adalah Pendakwah di Lingkungannya Masing-Masing

Oleh : Pandji Kiansantang

Dakwah : semua kegiatan atau usaha untuk menyampaikan ajaran Islam. Disebut juga tabligh (= menyampaikan). Orang yang melakukan da’wah disebut da’i / da’iyat (Pendakwah), yang sama artinya dengan Muballigh /muballighot (sebutan bagi yang melakukan tabligh).

Tujuan Dakwah adalah Amar ma’ruf - nahi munkar(mengajak pada kebaikan dan mencegah kejahatan). Kadang disebut juga menegakkan yang Haq (benar) dan melawan yang Bathil
Hakekat Dakwah adalah NASEHAT, dan fungsi Dakwah di kalangan umat Islam adalah saling mengingatkan.

Rasulullah SAW bersabda :

"Agama adalah nasihat. "Mereka bertanya, Untuk siapa, ya Rasulullah? Beliau menjawab, Untuk Allah, RasulNya, pemimpin kaum muslimin dan umat Islam. (HR Bukhari dan Muslim)

Setiap muslim adalah Pendakwah sesuai dengan kemampuannya di lingkungannya masing-masing, karena hukum berdakwah adalah Fardhu A’in (wajib dilakukan oleh semua muslim, tanpa kecuali, dan bila tak dilakukan / diabaikan, akan berdosa).

Dasar hukum agamanya adalah :

· Firman Allah :

Demi masa sesungguhnya manusia itu benar2 berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling-menasehati supaya menetapi kebenaran & saling-menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS Al Ashr ayat 1-3)

· Sabda Nabi :
Sampaikan (ajaran) dariku walaupun (hanya) satu ayat

· Sabda Nabi :
Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemunkaran, maka
hendaknya ia merubahnya dengan perbuatannya; jika ia tidak mampu, dengan ucapannya; jika ia tidak mampu, dengan hatinya; dan itulah selemah-lemahnya iman”

Jadi keliru bila menganggap Dakwah hanyalah tugas mereka yang berprofesi sebagai Muballigh/ Ustadz. Sama kelirunya dengan beranggapan bahwa seseorang baru layak (memenuhi syarat) untuk berdakwah bila telah menjadi ahli agama (alim ulama) atau orang saleh lahir-batin seperti halnya Aa Gym misalnya. Pandangan seperti ini akan menghalangi kita untuk berdakwah karena selamanya kita merasa belum pantas untuk itu atau takut dituduh sok alim / sok tahu ! Padahal Ibu Rumah Tangga dan Remaja sekalipun wajib berdakwah (saling-menasehati) di antara keluarga, teman-temannnya dan tetangganya. Setiap orang pasti memiliki kelebihan dalam suatu aspek pengetahuan agama atau suatu pengalaman rohani yang pantas untuk di-sharing ke orang lain.

Karena dakwah adalah kewajiban, maka setiap muslim di manapun, kapanpun dan dengan siapapun harus selalu mendakwahkan agamanya. Hal ini menuntut setiap muslim untuk terus-menerus mendalami ajaran agama dan memperbaiki dirinya dengan berakhlak baik (akhlakul karimah). Hanya dengan demikian, dakwah akan masuk dan diterima orang lain.

Cara berdakwah :
· Secara lisan (bil lisan)
· Secara tulisan (bi kitabati)
· Melalui perbuatan nyata (bil hal).

Bentuk dakwah dapat berupa : membagi (sharing) ilmu agama, memberikan motivasi (targhib), memberikan peringatan atau teguran atau koreksi (tarhib), dll.
Jadi Dakwah tidak hanya berbentuk khotbah di mimbar (berbicara di depan umum) saja, tapi juga pendekatan 4 mata.

Kabar gembira bagi para Pendakwah :
Sabda Nabi Muhammad SAW :
Siapa yang mengajak pada petunjuk (kebaikan), maka baginyalah pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa sedikitpun dikurangi pahala mereka.
(Dari : "Pandji Kiansantang" , 10 Muharram 1425 H (10 Maret 2004)

TIDAK ADA SAHABAT YANG ABADI

Dalam sebuah kajian DR. Quraish Shihab pernah bertanya kepada pendengarnya.
"Mana yang lebih Anda sukai, saudara atau sahabat Anda? Sontak sebagian jamaah menjawab saudaranya lebih disukai. Sebagian lainnya menjawab, "Kadang-kadang dengan sahabat, kita lebih bisa curhat".Mendengar jawaban yang kedua itu, Ust. Quraish berujar, "Itu jawaban yang lebih tepat".

Dalam dunia politik ada istilah : "Tidak ada sahabat yang abadi dan tidak ada musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi."

"Kalau mau bersahabat yang benar, carilah orang yang terus menerus bersama anda memberi manfaat sampai di hari kemudian ," kata Prof DR. M. Quraish Shihab , mantan Menteri Agama RI.


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, sahabat bisa berarti teman. Sedangkan sahabat kental adalah orang yang begitu dekat kepada kita sampai tingkat boleh mengetahui rahasia pribadi.

Menurut DR. Quraish, dalam Al-Qur'an dijelaskan beberapa tingkatan sahabat. Tingkatan pertama adalah "shohib" yang dalam bahasa Indonesia menjadi "sahabat". Boleh jadi shohib ini tidak seide dengan kita. Tetapi karena dia menemani kita maka kita namakan sahabat dalam perjalanan.

Selain itu ada yang lebih tinggi lagi. Al Qur'an menyebutnya
"kholil". "Kholil" berasal dari akar kata bermakna "celah". Maksudnya sahabat yang yang begitu dekat dengan kita. Pertemanannya, persahabatannya, dan kasih sayangnya, masuk ke celah-celah qalbu kita ini. Itu dengan kata lain perasaan di antara keduanya sudah sehati. Ketika kita sakit dia akan ikut merasakan sakit.
Kholil ibarat kita melihat diri kita saat bercermin. Contoh kholil dalam sejarah Islam dapat dijumpai pada dua sahabat Rasul, Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar. Suatu waktu ada orang berkata,
"Saya tidak tahu siapa khalifah, siapa kepala negara apakah engkau wahai Abu Bakar atau Umar?". Abu Bakar menjawab,"Saya tetapi dia."

Selain
shodiq, shohib, kholil, dalam Al-Quran ada kata bithonah. Bithonah adalah orang yang kita beritahu rahasia kita. Bithonah bersinonim dengan kata waliy. Waliy artinya adalah orang yang mendekat. Allah berfirman, "Inamal waliyukumullahu wa rosuluhu walladzina amanu, alladzina yu'tuna zakata..."
Orang yang beriman itu "waliy"-nya adalah Allah, Rosul, dan orang-orang beriman. Setiap orang memiliki alasan dalam bersahabat. Ada yang bersahabat atas dasar kesamaan hobi. Misalnya kita bersahabat dengan si A karena dia sama-sama menyukai sepak bola. Ada pula yang bersahabat karena ada kepentingan. Misalnya persahabatan para politikus. Karena itu dikenal dalam dunia politik istilah "tidak ada sahabat yang abadi dan tidak ada musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi."

Al-Qur'an mengajarkan kita untuk mencari sahabat yang terus menerus bersama kita dan memberi manfaat sampai di hari kemudian. Allah berfirman
"Al Akhilahu yaumaidzin ba'duhum li ba'din alu ilal muttaqin". Menurut ayat itu, semua sahabat pada hari kemudian akan jadi bermusuhan kecuali sahabat yang dijalin berdasarkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

KRITERIA SAHABAT

Lukmanul Hakim, disebutkan dalam Al-Qur'an pernah menasehati anaknya untuk membuat marah seseorang untuk mengetahui apakah ia pantas dijadikan Sahabat. Jika orang tersebut menanggapinya dengan adil, wajar, dan tidak berlebih-lebihan, orang itu bisa dijadikan sahabat.

Merujuk kepada beberapa hadits nabi, Rasulullah mengajarkan beberapa kriteria orang yang layak dijadikan sahabat, yaitu :

1. Apakah dia baik kepada keluarga dan orang tuanya? Jika orang itu durhaka jangan jadikan dia sahabat.
2. Bagaimana sikapnya terhadap materi?
3. Apakah aktivitasnya sehari-sehari?
4. Lihat reaksinya jika kita melakukan kesalahan. Apakah dia menasehati kita? Jika tidak ia tak bisa menjadi sahabat.
5. Bagaimana keakrabannya dengan anda?
Persahabatan itu harus seimbang. Tak ada yang boleh merasa lebih tinggi atau lebih baik.

MEMELIHARA PERSAHABATAN

Tidaklah mudah memelihara persahabatan. Ada orang yang pandai bersahabat tetapi tidak pandai memelihara persahabatan.
Dalam hal ini Islam sesungguhnya juga telah mengajarkan bagaimana caranya seseorang memelihara persahabatan, yaitu :

1. Jangan mencampur adukkan antara serius dengan canda.
2. Jangan jawab marahnya atau makiannya dengan makian yang serupa.
3. Jangan sekali-kali berkata kepada teman kita,"Kamu bodoh."
4. Jangan lupa memberi penghargaan atas setiap saran yang dia berikan serta jangan mencaci jika sarannya tidak berhasil.
5. Jadilah pendengar yang baik.
6. Jangan pernah menampakkan atau mengingat-ingat jasa kita kepada sahabat kita.

Persahabatan yang dilandasi oleh agama tidak hanya membawa manfaat di dunia tapi juga di akhirat. Karena itu di hari kemudian ada tujuh kelompok yang mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Tuhan. Salah satu di antaranya adalah dua orang bersahabat karena Allah, bertemu dalam tuntunan Allah, dan berpisah dalam tuntunan Alah.

Sumber: Kolom Quraish Shihab

No comments: