Thursday, April 27, 2006

LABYRINTH HATI


"Ibu, I Miss You So Much"

Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang
kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita.
Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan
mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita
melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat
balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan
sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah
sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi
penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat
tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang
ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah
layar monitor.

Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya.
Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu".
Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya?Bukankan setiap
pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta
izin saya" Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak
Jamil." "Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan
mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta
rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu
menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil".

Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga
puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi.
Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali
lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang
Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan." "Pak Jamil
kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan
berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami
deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena
istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu
kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya,
pak." jawab dokter.

Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat
ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya
Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-
Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti
akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang
pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan
keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan
sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga
dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau
Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher
nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah
kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah
menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di
jagat raya ini."

Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan
kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam
keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya
sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri
mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75
saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.

Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata
berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku
kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh
ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku
bahwa sayalah yang mengambil uang itu.

Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan
ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya
akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah
penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan
mengambil uang yang ia miliki itu." Setelah menarik nafas panjang
saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani
tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di
rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat
ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah
beberapa puluh tahun yang lalu?"

"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil,
duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-
teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon.
Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata
mengalir di pipi.

Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang
itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat
nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama
ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik
telepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku
cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata
yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin
dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa
ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan
memohon doa darinya.

Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan
sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat
pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu
telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan
operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya
merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya
berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan
dokter."

Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri
sendiri "Ibu, I miss you so much."

Sumber: "Ibu, I Miss You So Much" oleh Jamil Azzaini, Senior Trainer dan penulis buku Best Seller 'KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup'.


'ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN',

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat
menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki
suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat.

Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan
berkata, " Ini adalah SeksiPenerimaan. Disini,semua permintaan yang
ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini
begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh
permohonan dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang
lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini
adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini
kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke
manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak
malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan
yang
dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh
koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja
yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat
yang
duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia
tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.

"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. " Setelah manusia menerima
rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan
pernyataan terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?",
tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat.

"Cukup berkata,'ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN, Terima kasih, Tuhan' ",
lanjutnya.

"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es,
pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur,

maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh,
maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu, engkau adalah
bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga....

"Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan
daripada kesakitan ... engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak
orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian
dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat
.....maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan religius tanpa ada
ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan, atau kematian ....
maka engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar orang di dunia.

"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan
....maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau
bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka
yang
berada dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat
ganda,
yaitu bahwa s eseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau
orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati
daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat
membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan
kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua
teman-teman-mu untuk mengingatkan mereka betapa dirahmatinya kita semua.

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa,'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu'
".(QS:Ibrahim (14) :7 )

Maka Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? (QS: Ar Rahman)
Ditujukan pada :

Departemen Pernyataan Terima Kasih:

"Terima kasih, Allah ! Terima kasih, Allah, atas AnugerahMu berupa
kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku
begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi".

(kiriman : tiarasarita@yahoo.com)

No comments: